Laman


Senin, 27 Februari 2012

Kebudayaan Kemiskinan



KEBUDAYAAN KEMISKINAN

Kebudayaan kemiskinan merupakan suatu adaptasi atau penyesuaian dan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka dalam masyarakat yang berstrata kelas, sangat individualistis berciri kapitalisme. Sehingga yang mempunyai kemungkinan besar untuk memiliki kebudayaan kemiskinan adalah kelompok masyarakat yang berstrata rendah, mengalami perubahan social yang drastic yang ditunjukkan oleh ciri-ciri :
1. Kurang efektifnya partisipasi dan integrasi kaum miskin kedalam lembaga-lembaga utama masarakat, yang berakibat munculnya rasa ketakutan, kecurigan tinggi, apatis dan perpecahan.
2. Pada tingkat komunitas lokal secara fisik ditemui rumah-rumah dan pemukiman kumuh, penuh sesak, bergerombol, dan rendahnya tingkat organisasi diluar keluarga inti dan keluarga luas;
3. Pada tingkat keluarga ditandai oleh masa kanak-kanak yang singkat dan kurang pengasuhan oleh orang tua, cepat dewasa, atau perkawinan usia dini, tingginya angka perpisahan keluarga, dan kecenderungan  terbentuknya keluarga matrilineal dan dominannya peran sanak keluarga ibu pada anak-anaaknya;
4. Pada tingkat individu dengan ciri yang menonjol adalah kuatnya perasaan tidak berharga, tidak berdaya, ketergantungan yang tinggi dan rasa rendah diri;
5. Tingginya (rasa) tingkat kesengsaraan, karena beratnya penderitaan ibu,lemahnya struktur pribadi, kurangnya kendali diri dan dorongan nafsu, kuatnya orientasi masa kini, dan kekurang sabaran dalam hal menunda keinginan dan rencana masa depan.
6. Kebudayaan kemiskinan juga membentuk orientasi yang sempit dari kelompoknya,mereka hanya mengetahui kesulitankesulitan, kondisi setempat, lingkungan tetangga dan cara hidup mereka sendiri saja, tidak adanya kesadaran kelas walau mereka sangat sensitif terhadap perbedaanperbedaan status
.
            Secara sosiologis, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan ditentukan oleh tiga faktor; yakni kesadaran manusia, struktur yang menindas, dan fungsi struktur yang tidak berjalan semestinya. Dalam konteks kesadaran, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan biasanya merujuk pada kesadaran fatalistik dan menyerah pada "takdir". Suatu kondisi diyakini sebagai pemberian Tuhan yang harus diterima, dan perubahan atas nasib yang dialaminya hanya mungkin dilakukan oleh Tuhan. Tak ada usaha manusia yang bisa mengubah nasib seseorang, jika Tuhan tak berkehendak. Kesadaran fatalistik bersifat pasif dan pasrah serta mengabaikan kerja keras.
            Kemiskinan merupakan fenomena luar biasa karena menyebabkan “efek domino” dalam menurunkan efek kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Karena merupakan masalah luar biasa, maka penaganannya juga harus bersifat “luar biasa”. 
              Sudah seharusnyalah kita semua memerangi kemiskinan. Cara yang paling sederhana dalam memeranginya adalah dengan memastikan bahwa kita telah terbebas dari kemiskinan....

Sadar akan Peran, Fungsi dan Posisi sebagai Mahasiswa


Sadar akan Peran, Fungsi dan Posisi sebagai Mahasiswa
Tahukah ANDA ..??
Jumlah mahasiswa Indonesia saat ini baru 4,8 juta orang. Angka ini hanya 18,4% dari total jumlah pemuda atau hanya 1,8% dari total penduduk Indonesia saat ini. Dan dari jumlah itu bisa dihitung pula berapa persen lagi yang mau mengkaji tentang peran-peran mahasiswa di bangsa dan negaranya ini.
Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa. Roda sejarah demokrasi selalu menyertakan mahasiswa sebagai pelopor, penggerak, bahkan sebagai pengambil keputusan. Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya.
Apa Peran Mahasiswa ??
Peran utama mahasiswa antara lain adalah sebagai berikut:
1. Agent of Change
            Peran mahasiswa sebagai agent of change adalah menjadi pelopor dalam mengawali suatu perubahan ke arah yang lebih baik dengan menggunakan pemikiran yang inovatif dan kreatif. Perubahan-perubahan yang dilakukan tersebut tidak hanya diterapkan dalam satu bidang melainkan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan.
2. Iron Stock
            Peran mahasiswa sebagai iron stock yaitu menjadi generasi penerus bangsa yang menggantikan generasi-generasi yang sebelumnya. Untuk bisa memenuhi peran tersebut, mahasiswa harus mampu memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan dan akhlak yang baik. Selain itu, mereka juga harus mempelajari berbagai kelebihan dari generasi-generasi sebelumnya untuk tetap dipertahankan dan mempelajari kelemahan/kesalahan yang dilakukan oleh generasi-generasi sebelumnya agar kesalahan tersebut dapat diperbaiki di masa yang akan datang
3. Social Control
            Mahasiswa juga berperan untuk mengontrol keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitar. Mereka dapat memberikan kritik, saran dan solusi untuk memperbaiki keadaan sosial apabila mulai terjadi penyimpangan yang menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial. Selain itu, mereka harus mampu menggerakkan masyarakat untuk beranjak dari polemik yang ada dan menuju kepada keadaan yang lebih baik. Dari semuanya itu, mahasiswa harus memiliki kecakapan yang baik dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Sehingga upaya untuk mengontrol keadaan sosial di suatu lingkungan akan berhasil dengan kerjasama yang baik.
4. Moral Force
            Peran mahasiswa sebagai moral force ialah untuk menjaga nilai-nilai moral yang ada di dalam masyarakat (guardian of value). Nilai-nilai yang dijaga haruslah nilai yang mutlak kebenarannya yaitu nilai-nilai yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Apabila terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai moral, mahasiswa harus mampu merubah dan meluruskan kembali sesuai dengan apa yang menjadi harapan, keinginan dan tujuan bersama. Dari semuanya itu, terlebih dahulu mahasiswa harus mempunyai moral yang baik agar bisa merubah masyarakat ke arah yang lebih baik lagi.

Fungsi Mahasiswa
Mahasiswa merupakan Insan akademis. Dimana Insan Akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan. Dalam hal insan akademis sebagai orang yang selalu mengikuti watak ilmu, ini juga berhubungan dengan peran mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus mencari nilai-nilai kebenaran itu sendiri, kemudian meneruskannya kepada masyarakat, dan yang terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut.


Posisi sebagai Mahasiswa

            Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis, dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas, dan lain sebagainya. Sehingga mahasiswa menurut saya tepat bila dikatakan memiliki posisi diantara masyarakat dan pemerintah.

Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan keputusan beserta keputusankeputusan yang telah dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.

Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.


Realita Mahasiswa saat ini...
            Kini mahasiswa sangat pasif dan tidak peka dengan isu-isu terkini. Mahasiswa sekarang kebanyakan memiliki sifat egois yang tinggi sehingga isu-isu terkini tak dihiraukannya. Mahasiswa tak lagi mendengarkan suara rakyat yang menderita karena kebijakan pemerintah.
            Banyak mahasiswa sekarang yang hanya mementingkan nilai (IPK) dan berbagai aktivitas akademik. Baginya IPK sangat penting karena untuk kepentingan mencari kerja sehingga melupakan fungsi dan peran mahasiswa itu sendiri. Jika kita mau merenungkan dan sedikit berfikir lebih dalam, bahwasanya apa yang dilakukan mahasiswa sekarang kurang tepat yang hanya mementingkan kegiatan akademik.
            Mahasiswa yang selalu menyuarakan aspirasi rakyat kecil, kini tak terdengar, hanya sedikit yang muncul dan bersuara lantang. Kebijakan-kebijakan pemerintah pun yang tak memihak rakyat kini tak direspons dengan demo ataupun yang lain, jikalau ada itu hanya sedikit.
            Kita sebagai mahasiswa, apa tidak miris jika rakyat dan lingkungan sekitar kita menderita? Apa kita tidak malu disebut mahasiswa, namun tak dapat berbuat apa-apa? Pantaskah kita disebut mahasiswa yang hanya menuntut ilmu di kampus terus mendapat IPK tinggi, sementara saudara kita di lain tempat menderita akibat kebijakan pemerintah yang semena-mena? Mari kita renungkan, apakah yang kita lakukan sekarang sudah mencerminkan peran mahasiswa yang sebenarnya.

Setiadi Arif
Mahasiswa Jurusan Agribisnis 2008
Universitas Andalas.