PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
Waktu pengomposan sebaiknya segera setelah panen, yaitu waktu pada
saat penyiapan bibit padi hingga sebelum penanaman bibit. Pada saat penyiapan
bibit, kompos jerami juga disiapkan. Setelah kompos matang dalam waktu
kira-kira satu bulan, kompos bisa segera disebarkan di petak sawah bersamaan
dengan pengolahan tanah.
Dalam pembuatan tumpukan, jerami
padi dapat ditumpuk langsung secara utuh maupun dicacah terlebih dahulu,
ataupun kombinasi tumpukan untuk memudahkan penumpukan. Tumpukan paling bawah
dapat ditaruh jerami secara utuh kemudian lapisan berikutnya cacahan jerami dan
seterusnya. Pencacahan jerami dapat dilakukan dengan menggunakan mesin
pencacah/choper jerami. Hal ini dilakukan untuk memperluas permukaan bahan
dalam proses pengomposan dan memudahkan pengayakan.
Proses penumpukan dilakukan pada
setiap lapisan 15-20 cm sampai mencapai ketinggian 1 m. Pada setiap lapisan
diberikan cipratan larutan Biodek sebagai aktifator pengomposan yaitu proses
berlangsungnya aktivitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan suhu
pada tumpukan, sehingga kemungkinan tidak diperlukan lagi tambahan suhu luar.
Suhu optimum pada proses
pengomposan 35-55oC. Kondisi optimum bahan yang akan dikomposkan sebaiknya
berada pada kadar air 50-65% dengan perbandingan kandungan awal dari jerami
untuk C/N ratio sekitar 70. Dengan penambahan bahan-bahan tersebut (biodek)
dapat menurunkan C/N ratio kompos jerami menjadi sekitar 11–12 dan mencapai
optimasi C/N ratio yang baik untuk tanaman yaitu sekitar 11–25 %.
Pembuatan tumpukan dapat
dilakukan menggunakan peralatan manual seperti sekop, pacul, dan lain-lain.
Pada bagian atas tumpukan diberi plastik berwarna gelap untuk mempertahankan
kelembaban serta untuk menghindari tumpukan terguyur air hujan atau panas yang
berlebihan.
Pembalikan bahan yang
dikomposkan bertujuan untuk memberikan keseragaman udara pada bahan yang ada
dalam tumpukan. Pembalikan dilakukan minimal seminggu sekali. Pembalikan dapat
dilakukan dengan cara memindahkan tumpukan paling atas menjadi tumpukan paling
bawah pada lahan disampingnya dan biasa disebut penumpukan bergulir. Pembalikan
sekaligus dilakukan untuk membuat tumpukan baru dan tempat tumpukan sebelumnya
diisi oleh tumpukan bahan baru. Sehingga ’umur’ pengomposan dapat dicirikan dari
letak tumpukan.
Kompos telah matang setelah
kurang lebih proses pengomposan berlangsung selama 6-7 minggu. Kompos yang
telah matang seperti tanah yang berwarna coklat kehitaman, berbau seperti
tanah. Kompos kemudian dibongkar dari tumpukan dan diangin-anginkan untuk
menstabilkan kondisi kompos.
Setelah kompos matang, dilakukan
pengayakan untuk menyortir bahan-bahan yang tidak diinginkan (seperti kerikil,
daun-daun, dan lain-lain) yang kemungkinan tercampur selama proses pengomposan.
Pengayakan dapat dilakukan secara manual seperti mengayak pasir atau dengan
alat pengayak kompos. Dalam proses pengayakan dapat juga sekaligus dilakukan
penambahan pupuk hayati sepeti kapur untuk meningkatkan nilai hara kompos
jerami.
Lokasi Pengomposan
Lokasi pengomposan dilakukan di petak sawah yang akan diaplikasi
atau dipetak dimana jerami tersebut dipanen. Lokasi sebaiknya dipilih dekat
dengan sumber air, karena pembuatan kompos membutuhkan banyak air. Lokasi juga
dipikirkan untuk kemudahan saat aplikasi. Jika petak sawah cukup luas,
sebaiknya dibuat di beberapa tempat yang terpisah.
Peralatan yang Dibutuhkan
Peralatan yang dibutukan antara lain:
1. Sabit/parang
2. Cetakan yang dibuat dari bambo. Cetakan ini dibuat
seperti pagar yang terdiri dari 4 bagian. Dua bagian berukuran 2 x 1 m dan dua
bagian yang lain berukuran 1 x 1 m.
3. Ember/bak untuk tempat air.
4. Air yang cukup untuk membasahi jerami.
5. Aktivator pengomposan (Acticomp atau Promi).
6. Ember untuk menyiramkan aktivator.
7. Tali.
8. Plastik penutup. Plastik ini bisa dibuat dari
plastik mulsa berwarna hitam (ukuran leber 1 m) yang dibelah sehingga lebernya
menjadi 2 m.
Tahapan Pembuatan Kompos Jerami
1.
Siapkan bak dan air. Masukkan
air ke dalam bak. Kemudian larutkan aktivator sesuai dosis yang diperlukan ke
dalam bak air. Aduk hingga aktivator tercampur merata.
Gambar 3. Menyiapkan air untuk pengomposan jerami.
Gambar 4. Aktivator dimasukkan ke dalam bak air sesuai dosis yang diperlukan.
Gambar 5. Aduk aktivator hingga tercampur merata.
2.
Siapkan cetakan dari bambo.
Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah
yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m.
Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.
Gambar 6. Siapakan cetakan kompos yang dibuat dari bambu.
3.
Masukkan satu lapis jermai ke
dalam cetakan. Jika tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah
yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.
Gambar 7. Masukkan jerami dan bahan-bahan lain lapis demi lapis ke dalam cetakan
kompos.
4.
Siramkan aktivator yang telah
disiapkan merata dipermukaan jerami.
Gambar 8. Setiap lapis tumpukan disiram dengan aktivator secukupnya.
5.
Injak-injak agar jerami padat.
Gambar 9. Setiap lampis tumpukan jerami diinjak-injak agar padat.
6.
Tambahkan lagi satu lapis
jerami/sereah.
7.
Siramkan kembali aktivator ke
tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi
padat.
8.
Ulangi langkah-langkah diatas
hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam
cetakan.
9.
Setelah cetakan penuh, buka
tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.
Gambar 10. Tumupkan jerami yang siap ditutup dengan plastic.
10.
Tutup tumpukan jerami tersebut
dengan plastic yang telah disiapkan.
Gambar 11. Tumpukan jerami ditutup dengan plastic.
11.
Ikat plastic dengan tali
plastic agar tidak mudah lepas.
12.
Kalau perlu bagian atas jerami
diberi batu atau pemberat lain agar plastic tidak tebuka karena angin.
13.
Lakukan pengamatan suhu,
penyusutan volume, dan perubahan warna tumpukan jerami.
14.
Inkubasi/fermentasi tumpukan
jerami tersebut hingga kurang lebih satu bulan.
Gambar 12. Tumpukan diinkubasi selama satu bulan.
Gambar 13. Tumpukan jerami akan mengalami penyusutan selama masa fermentasi.
Mengatasi Masalah yang Terjadi Selama
Fermentasi
Masalah
Pengomposan Jerami yang Paling Sering Ditemui
KURANG AIR.Kompos jerami biasanya kurang air pada
bagian tengahnya.Oleh karena itu kita harus selalu memeriksa kompos pada minggu
pertama.Periksa sampai bagian dalam, kalau kering. Tambahkan air secukupnya,
kemudian kompos ditutup kembali. Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi
peningkatan suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi
kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan
lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini terjadi maka
diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini.
Buka plastic penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut.
Apakah tumpukan tersebut kering atau ada bagian-bagian yang kering? Apakah
tumpukan jerami tersebut terlalu basah? Apakah muncul bau yang kurang sedap?
Apakah tumpukan jerami tersebut dingin atau panas?
Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalo perlu
lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul bau tidak sedap,
lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah bambo yang diberi
lubang untuk menambah aerasi.
Panen dan
Aplikasi Kompos Jerami
Kompos jerami yang sudah jadi: warna coklat kehitaman, lunak dan volumenya
menyusut.
Kompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan
fisik jerami. Perubahan itu antara lain:
- Jerami berwarna coklat kehitam-hitaman,
- lunak dan mudah dihancurkan,
- suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal
pengomposan,
- tidak berbau menyengat, dan
- volume menyusut hingga setengahnya.
Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah
cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di
tempat di mana jerami tersebut diambil.
Gambar 17. Padi yang dipupuk dengan kompos jerami tumbuh lebih subur.
Di dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk
tanaman seperti Nitrogen dan Kalium sehingga dengan membakar jerami berarti
sama saja dengan membakar uang karena jerami yang dibakar tersebut sebenarnya
dapat membantu menggantikan pupuk KCl sebanyak 1 sak (50 kg). Dengan
mengembalikan jerami padi ke lahan sawah, petani dapat menghemat biaya pupuk
karena tidak perlu lagi memberikan pupuk KCl.