Laman


Jumat, 12 Oktober 2012

PEMBUATAN PUPUK KOMPOS


PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
Waktu pengomposan sebaiknya segera setelah panen, yaitu waktu pada saat penyiapan bibit padi hingga sebelum penanaman bibit. Pada saat penyiapan bibit, kompos jerami juga disiapkan. Setelah kompos matang dalam waktu kira-kira satu bulan, kompos bisa segera disebarkan di petak sawah bersamaan dengan pengolahan tanah.
Dalam pembuatan tumpukan, jerami padi dapat ditumpuk langsung secara utuh maupun dicacah terlebih dahulu, ataupun kombinasi tumpukan untuk memudahkan penumpukan. Tumpukan paling bawah dapat ditaruh jerami secara utuh kemudian lapisan berikutnya cacahan jerami dan seterusnya. Pencacahan jerami dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pencacah/choper jerami. Hal ini dilakukan untuk memperluas permukaan bahan dalam proses pengomposan dan memudahkan pengayakan.
Proses penumpukan dilakukan pada setiap lapisan 15-20 cm sampai mencapai ketinggian 1 m. Pada setiap lapisan diberikan cipratan larutan Biodek sebagai aktifator pengomposan yaitu proses berlangsungnya aktivitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan suhu pada tumpukan, sehingga kemungkinan tidak diperlukan lagi tambahan suhu luar.
Suhu optimum pada proses pengomposan 35-55oC. Kondisi optimum bahan yang akan dikomposkan sebaiknya berada pada kadar air 50-65% dengan perbandingan kandungan awal dari jerami untuk C/N ratio sekitar 70. Dengan penambahan bahan-bahan tersebut (biodek) dapat menurunkan C/N ratio kompos jerami menjadi sekitar 11–12 dan mencapai optimasi C/N ratio yang baik untuk tanaman yaitu sekitar 11–25 %.
Pembuatan tumpukan dapat dilakukan menggunakan peralatan manual seperti sekop, pacul, dan lain-lain. Pada bagian atas tumpukan diberi plastik berwarna gelap untuk mempertahankan kelembaban serta untuk menghindari tumpukan terguyur air hujan atau panas yang berlebihan.
Pembalikan bahan yang dikomposkan bertujuan untuk memberikan keseragaman udara pada bahan yang ada dalam tumpukan. Pembalikan dilakukan minimal seminggu sekali. Pembalikan dapat dilakukan dengan cara memindahkan tumpukan paling atas menjadi tumpukan paling bawah pada lahan disampingnya dan biasa disebut penumpukan bergulir. Pembalikan sekaligus dilakukan untuk membuat tumpukan baru dan tempat tumpukan sebelumnya diisi oleh tumpukan bahan baru. Sehingga ’umur’ pengomposan dapat dicirikan dari letak tumpukan.
Kompos telah matang setelah kurang lebih proses pengomposan berlangsung selama 6-7 minggu. Kompos yang telah matang seperti tanah yang berwarna coklat kehitaman, berbau seperti tanah. Kompos kemudian dibongkar dari tumpukan dan diangin-anginkan untuk menstabilkan kondisi kompos.
Setelah kompos matang, dilakukan pengayakan untuk menyortir bahan-bahan yang tidak diinginkan (seperti kerikil, daun-daun, dan lain-lain) yang kemungkinan tercampur selama proses pengomposan. Pengayakan dapat dilakukan secara manual seperti mengayak pasir atau dengan alat pengayak kompos. Dalam proses pengayakan dapat juga sekaligus dilakukan penambahan pupuk hayati sepeti kapur untuk meningkatkan nilai hara kompos jerami.
Lokasi Pengomposan
Lokasi pengomposan dilakukan di petak sawah yang akan diaplikasi atau dipetak dimana jerami tersebut dipanen. Lokasi sebaiknya dipilih dekat dengan sumber air, karena pembuatan kompos membutuhkan banyak air. Lokasi juga dipikirkan untuk kemudahan saat aplikasi. Jika petak sawah cukup luas, sebaiknya dibuat di beberapa tempat yang terpisah.

Peralatan yang Dibutuhkan

Peralatan yang dibutukan antara lain:

1.      Sabit/parang

2.      Cetakan yang dibuat dari bambo. Cetakan ini dibuat seperti pagar yang terdiri dari 4 bagian. Dua bagian berukuran 2 x 1 m dan dua bagian yang lain berukuran 1 x 1 m.

3.      Ember/bak untuk tempat air.

4.      Air yang cukup untuk membasahi jerami.

5.      Aktivator pengomposan (Acticomp atau Promi).

6.      Ember untuk menyiramkan aktivator.

7.      Tali.

8.      Plastik penutup. Plastik ini bisa dibuat dari plastik mulsa berwarna hitam (ukuran leber 1 m) yang dibelah sehingga lebernya menjadi 2 m.

Tahapan Pembuatan Kompos Jerami

1.      Siapkan bak dan air. Masukkan air ke dalam bak. Kemudian larutkan aktivator sesuai dosis yang diperlukan ke dalam bak air. Aduk hingga aktivator tercampur merata.
Gambar 3. Menyiapkan air untuk pengomposan jerami.

Gambar 4. Aktivator dimasukkan ke dalam bak air sesuai dosis yang diperlukan.

Gambar 5. Aduk aktivator hingga tercampur merata.
2.      Siapkan cetakan dari bambo. Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m. Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.

Gambar 6. Siapakan cetakan kompos yang dibuat dari bambu.
3.      Masukkan satu lapis jermai ke dalam cetakan. Jika tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.
Gambar 7. Masukkan jerami dan bahan-bahan lain lapis demi lapis ke dalam cetakan kompos.
4.      Siramkan aktivator yang telah disiapkan merata dipermukaan jerami.

Gambar 8. Setiap lapis tumpukan disiram dengan aktivator secukupnya.

5.      Injak-injak agar jerami padat.
Gambar 9. Setiap lampis tumpukan jerami diinjak-injak agar padat.
6.      Tambahkan lagi satu lapis jerami/sereah.
7.      Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.
8.      Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.
9.      Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.

Gambar 10. Tumupkan jerami yang siap ditutup dengan plastic.
10.  Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastic yang telah disiapkan.

Gambar 11. Tumpukan jerami ditutup dengan plastic.
11.  Ikat plastic dengan tali plastic agar tidak mudah lepas.
12.  Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain agar plastic tidak tebuka karena angin.
13.  Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan perubahan warna tumpukan jerami.
14.  Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang lebih satu bulan.

Gambar 12. Tumpukan diinkubasi selama satu bulan.

Gambar 13. Tumpukan jerami akan mengalami penyusutan selama masa fermentasi.

Mengatasi Masalah yang Terjadi Selama Fermentasi

Masalah Pengomposan Jerami yang Paling Sering Ditemui

KURANG AIR.Kompos jerami biasanya kurang air pada bagian tengahnya.Oleh karena itu kita harus selalu memeriksa kompos pada minggu pertama.Periksa sampai bagian dalam, kalau kering. Tambahkan air secukupnya, kemudian kompos ditutup kembali. Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini terjadi maka diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini.

Buka plastic penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut. Apakah tumpukan tersebut kering atau ada bagian-bagian yang kering? Apakah tumpukan jerami tersebut terlalu basah? Apakah muncul bau yang kurang sedap? Apakah tumpukan jerami tersebut dingin atau panas?
Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalo perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah bambo yang diberi lubang untuk menambah aerasi.
Panen dan Aplikasi Kompos Jerami

 Kompos jerami yang sudah jadi: warna coklat kehitaman, lunak dan volumenya menyusut.
Kompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik jerami. Perubahan itu antara lain:
  • Jerami berwarna coklat kehitam-hitaman,
  • lunak dan mudah dihancurkan,
  • suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
  • tidak berbau menyengat, dan
  • volume menyusut hingga setengahnya.
Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.
Gambar 17. Padi yang dipupuk dengan kompos jerami tumbuh lebih subur.
Di dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk tanaman seperti Nitrogen dan Kalium sehingga dengan membakar jerami berarti sama saja dengan membakar uang karena jerami yang dibakar tersebut sebenarnya dapat membantu menggantikan pupuk KCl sebanyak 1 sak (50 kg). Dengan mengembalikan jerami padi ke lahan sawah, petani dapat menghemat biaya pupuk karena tidak perlu lagi memberikan pupuk KCl.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar